Semakin gila, itu yang ada di dalam pikiran saya. Suatu hari saya melihat sebuah keluarga (ayah,ibu, dan 2 anak), yang satu di depan sang ayah (difungsikan sebagai tameng angin oleh ayahnya), dan yang satunya lagi berada di tengah (diantara ayah dan ibu-nya) namun tidak duduk, berdiri, berwajah senang, mungkin merasa seperti terbang. Melihat wajah anaknya senang, ibunya-pun senang. Ok, bersenang-senanglah menghadapi kematian, bermain-mainlah dengan kematian!. Atau baguslah, orang tuanya paham dengan minat si kecil yang bercita-cita menjadi pemain sirkus.
Si ayah juga begitu, ia mantan pembalap motocross tahun 90'an, ia mengemudi dengan zig-zag, meliuk-liuk. Berpindah jalur tanpa melihat spion, tanpa menyalakan lampu sein. Dan saya?saya tepat dibelakang mereka, seandainya salah satu dari mereka jatuh?itu saat yang tepat bagi saya untuk menggilas badan mereka dengan roda, kemudian melembutkannya dengan gardan (kebetulan sedang berkendara roda 4). Beberapa moment yang berhasil diabadikan mengenai tingkah kebodohan berlapis :
Saat itu si anak meronta ingin bertemu dengan ibunya yang turun duluan ke salon, si ayah tidak memperdulikan, iapun menangis sejadi-jadinya hingga hapir terjatuh. Bahkan ada saat dimana kepala si kecil sudah dekat dengan ruji roda motor, sayang tidak terabadikan (maklum, kamera poket biasa). Serta ada satu lagi foto yang berhasil diabadikan oleh seorang teman :
Photographed by : Ima Kusumawati Hidayat
Nah, coba lihat, seandainya ada sebuah lubang, atau pengendara motor yang masuk ke jalan begitu saja, maka si ayah akan memegang setir motor dan si anak akan terlepas, lalu kendaraan teman saya ini berada tepat dibelakang-nya, maka sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi. Terjadi sesuatu yang mengerikan tentunya, dan sudah pasti teman saya ini yang dituntut oleh bapaknya anak itu. Padahal siapa yang lalai?Orang macam apa yang membawa orang yang disayanginya begitu dekat dengan kematian?
Memang, motor merupakan kendaraan yang relatif murah, apalagi di saat kondisi seperti sekarang ini, sayapun juga seorang pengendara roda dua. Tapi sebenarnya, jika kita mau berpikir (sedikit saja, tidak usah banyak-banyak) bisa kok, kita berkendara dengan nyaman dan aman. Pada contoh kasus di atas misalnya, saya pernah melihat seorang ibu mengantar anaknya yang masih TK, ia menggunakan semacam tali pengaman khusus (seperti gendongan bayi, tapi ini terletak dibelakang). Lalu ada juga semacam sandaran portabel terbuat dari besi, dapat di lepas, dan memang di desain khusus untuk memberikan solusi dalam hal ini. Dan saya kira itu tidak mahal, tidak akan lebih dari 100 ribu rupiah, mahal?jika anda memang seorang ayah yang sayang dengan anak, dan peduli dengan keselamatan anak, entah bagaimana caranya anda pasti mengusahakannya. Pilih mana?kehilangan 100ribu atau si anak yang tak berdosa menjadi tumbal ketololan. Ayolah, jangan ngawur..budayakan berpikir sebelum bertindak, menyelesaikan persoalan ini tidak butuh ijazah S1, Master, atau Doktor, pokoknya punya otak dan bisa mikir, itu aja.